APLIKASI BIOREMEDIASI UNTUK REHABILITAS LAHAN
(
Makalah Bioteknologi )
Oleh
DEVI
MEI WULAN SARI E1A114005
FATHUR
ROHMAN E1A114008
MUHAMMAD
E1A114014
NUR AIDA SEPTIANI E1A114020
MUHAMMAD
FADLI E1A114202
PUTERI
MAULIDA E1A114206
PROGRAM STUDI
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR
ISI........................................................................................................... i
BAB
I. LATAR BELAKANG............................................................................... 1
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ ............. 3
BAB
III. ISI.............................................................................................. ............. 5
BAB
IV. KESIMPULAN........................................................................ ........... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
LATAR BELAKANG
Pencemaran
lingkungan banyak menjadi perhatian dan topik pembicaraan global, karena
berhubungan dengan kehidupan baik manusia, tumbuhan, hewan, maupun organisme
lainnya. Salah satu pencemaran lingkungan yang menjadi perhatian adalah pencemaran
logam berat. Persoalan spesifik logam berat adalah dapat terakumulasi dalam
makhluk hidup melalui rantai makanan. Salah satu logam berat yang perlu
diwaspadai adalah kromium, dikarenakan penggunaannya yang luas di bidang
industri seperti penyamakan kulit, pelapisan logam, tekstil, cat, pengawetan
kayu, pembuatan kertas, pembakaran minyak dan batu bara, pencegahan terhadap
korosi dan reaktor nuklir.
Kromium
merupakan kontaminan yang berbahaya bagi ekosistem, karena logam kromium,
khususnya kromium heksavalen bersifat mudah larut, beracun, karsinogenik,
dermatoksis, dan dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan kematian pada hewan,
manusia, dan mikroorganisme.
Lahan
pertanian yang terkontaminasi kromium penting untuk ditangani karena menentukan
pergerakan trace element logam dari
tanah ke tumbuhan. Bioakumulasi logam dalam tanah berakibat pada serapan logam
oleh tanaman, kemudian dapat memunculkan/meningkatkan kadar logam dalam rantai
makanan. Hal tersebut berpotensi memberikan efek meracun pada tanaman dan
manusia/hewan dalam jangka panjang.
Penanganan
tanah tercemar logam selama ini dilakukan secara fisis dan khemis, seperti:
memindahkan/membuang tanah (soil removal),
reklamasi lahan (land filling),
stabilisasi atau pemadatan, ekstraksi secara fisis-khemis, pencucian
2
dan pelindian
tanah. Perlakuan ini seringkali digunakan sebagai cara penanganan yang bersifat
sementara, energi dan biaya yang dibutuhkan cukup besar jika diaplikasikan pada
area yang luas, dan secara ekologis kurang menguntungkan karena merusak
struktur dan ekosistem tanah. Oleh sebab itu, diperlukan metode alternatif
remediasi tanah tercemar logam yang murah, aman dan ramah lingkungan. Salah
satu metode yang direkomendasikan adalah penanganan secara biologis melalui
proses bioremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan
mikroorganisme atau sistem biologi lain untuk mendegradasi/mengubah bentuk
pencemar di bawah kondisi yang dikendalikan. Bioremediasi adalah alihrupa (transformation) pencemar menjadi senyawa
tidak berbahaya, utamanya menggunakan bakteri, fungi, algae dan tanaman. Secara
alami tanaman memiliki kemampuan menyerap logam dari dalam tanah, dan
mengakumulasinya di dalam akar dan trubus. Sementara mikroorganisme memiliki
kemampuan mengalihrupa logam dari bentuk berbahaya (toksis) menjadi bentuk
tidak berbahaya (tidak toksis).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bioremediasi diartikan
sebagai proses pendegradasian bahan organik berbahaya secara biologis menjadi
senyawa lain seperti CO2, metan, air dan senyawa semula tersebut (Ciroreksoko,
1996).
bioremediasi
merujuk pada penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk
menghilangkan atau mendetoksi polutan yang mencemari lingkungan dan mengancam
kesehatan masyarakat, biasanya sebagai kontaminan tanah, air dan sedimen. Bioremediasi merupakan pengembangan
dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam
mengendalikan pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi
terapan, karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam
mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah
rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah bahwa teknik
bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk
membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia
toksik atau beracun (Craword, 1996).
Bioaugmentasi adalah
penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk menyingkirkan bahan
kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk menyingkirkan produk
sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah. Organisme yang
biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi yang
berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan
bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah
phytoremediasi.
4
Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen (biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi). Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat pertumbuhan mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses degradasi hidrokarbon poliaromatik.
Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi serta daya tahan mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang tercemar (Walter , 1997).
Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen (biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi). Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat pertumbuhan mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses degradasi hidrokarbon poliaromatik.
Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi serta daya tahan mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang tercemar (Walter , 1997).
BAB III
ISI
Bioremediasi adalah
pemanfaatan mikrooganisme (jamur, bakteri) untuk membersihkan senyawa pencemar
(polutan) daril ingkungan. Bioremendasi juga dapat dikatakan sebagai proses
penguraiaan limbah organik/ anorganik polutan secara biologi dalam kondisiter kendali.
Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemarmen jadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbondioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau
bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
Proses ini terja dibiotransformasi
atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidakt
oksik. Saat Bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang produktif oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujungpadabiodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
struktur nyamenadi tidak kompleks, dan akhirnya menjad imetabolit yang tidak berbahaya
dan tidak beracun pendeka tanumum untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi /biodegradasi
adalah dengan cara:
1. Seeding, mengoptimalkan populasi dan aktifitas mikroba
indigenous (Bioremediasi instrinsik) dan penambahan mikroorganisme exogenous
(bioaugmentasi).
2. Feeding, memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dana erasi (bioventing).
6
Banyak aplikasi-aplikasi baru
menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan.
Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai
bagaimana polutan dapat didegradasi jenis-jenis miroba yang baru dan bermanfaat,
dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik.
Teknologi genetik molecular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang
mengkodeenzim yang terkait pada bioremediasi. Karakteristik dari gen-gen yang
bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bangaimana mikroba-mikrobame
modifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Aplikasi
bioremediasi sebagai berikut
:
a. Degradasi Plastik Saat ini
plastik dan polimer sintetik semakin meluas penggunaan dan produksinya. Plastik
ini dibuat dari senyawa petrokimia yang bersifat persisten pada lingkungan dan
merupakan salah satu penyebab polusi yang paling tinggi. Plastik petrokimia ini
membutuhkan waktu ratusan tahun untuk didegradasi. Beberapa usaha mengurangi
polusi akibat plastik tersebut dengan:
b. Degradasi Hidrokarbon Alifatik
Hidrokarbon alifatik didegradasi secara aerobik oleh bakteri, fungi atau yeast.
Reaksi degradasinya meliputi oksidasi pada ujung metil: alkana → alkohol → asam
lemak → keton → CO2 dan H2O. Hidrokarbon rantai pendek, hidrokarbon dengan
rantai cabang atau berbentuk cincin lebih sulit untuk didegradasi.
c. Degradasi Hidrokarbon Aromatik
Mikroorganisme mampu mendegradasi hidrokarbon aromatis cincin tunggal secara
aerobik. Hidrokarbon aromatik
7
dengan dua atau tiga cincin seperti naphthalene,
anthracene, dan phenanthrene dapat didegradasi secara lambat ketika terdapat
oksigen. Sedangkan hidrokarbon aromatik dengan emat cicin sulit didegradasi da
bersifat presistent.
d. Degradasi Hidrokarbon Alifatik
Terklorinasi Degradasi dapat berlangsung secara kimiawi atau biologis.
Degradasi dengan menggunakan mikroorganisme hanya menghasilkan degradasi
parsial. Hanya sedikit karbon terklorinasi yang dapat digunakan sebagai
substrat primer untuk sumber energi dan pertumbuhan.
Jenis-jenis bioremediasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu bioremediasi yang melibatkan mikroba dan
bioremediasi berdasarkan lokasinya.
1. Bioremediasi
yang melibatkan mikroba
Teknologi bioremediasi dalam menstimulasi pertumbuhan
mikroba dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Biostimulasi
Biostimulasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui
penambahan zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (misalnya
nutrien dan oksigen) atau menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa
(misalnya pemberian aerasi) agar mikroorganisma tumbuh dan beraktivitas lebih
baik. Nutrien dan oksigen dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air
atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba
akan tumbuh dengan lambat atau mati.
b. Bioaugmentasi
8
Bioaugmentasi merupakan penambahan atau introduksi satu
jenis atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang sudah mengalami perbaikan
sifat (improved/genetically engineered strains). Mikroorganisme yang dapat
membantu membersihkan kontaminan tertentu kemudian ditambahkan ke dalam air
atau tanah yang tercemar. Tetapi proses ini mempunyai hambatan yaitu sangat
sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimal, karena mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan
yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi. Dalam beberapa hal, teknik
bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan nutrien tertentu.
c. Bioremediasi
Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami (tanpa
campur tangan manusia) dalam air atau tanah yang tercemar.
2. Bioremediasi
berdasarkan lokasi
Bioremediasi berdasarkan lokasi dapat dilakukan secara in-situ
dan ex-situ.
a. Bioremediasi in-situ, yaitu proses pengelolaan limbah di
lokasi limbah itu berada dengan mengandalkan kemampuan mikroorganisme yang
telah ada di lingkungan tercemar untuk mendegradasinya.
b. Bioremediasi
ex-situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah di suatu
lokasi lalu ditreatment di tempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat
asal. Kemudian diberi perlakuan khusus dengan memakai
mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding
in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam.
9
Secara umum proses
bioremidiasi memiliki beberapa kelebihan, namun kelebihan tersebut selalu
diimbangi dengan kelemahan walaupun sedikit. Berikut ini merupakan perbandingan
kelebihan dan kelemahan dalam bioremediasi.
Kelebihan bioremediasi
· Bioremediasi
sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah
sudah ada dilingkungan.
·
Bioremediasi tidak menggunakan atau
menambahkan bahan kimia berbahaya (ramah lingkungan).
·
Tidak melakukan proses pengangkatan
polutan.
·
Teknik pengolahannya mudah diterapkan
dan murah biaya.
·
Dapat dilaksanakan di lokasi atau di
luar lokasi.
·
Menghapus resiko jangka panjang.
Kelemahan
bioremediasi
·
Tidak semua bahan kimia dapat diolah
secara bioremediasi.
·
Membutuhkan pemantauan yang intensif.
·
Berpotensi menghasilkan produk yang
tidak dikenal.
·
Membutuhkan lokasi tertentu
Keberhasilan proses biodegradasi banyak
ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan demikian mikroorganisme yang berpotensi
menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon perlu dioptimalkan aktivitasnya
dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini
perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses
bioremediasi, yang meliputi kondisi tanah, temperature, oksigen, dan nutrient
yang tersedia.
10
1.
Tanah
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga disp.ersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga disp.ersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.
2.
Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3.
Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang
11
juga
bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan salah satu faktor
pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
4.
Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
5.
Interaksiantarapolusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energi yang dihasilkan.
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energi yang dihasilkan.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari
pembahasan ini adalah:
1. Bioremediasi adalah pemanfaatan mikrooganisme (jamur,
bakteri) untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan.
2. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemarmen jadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbondioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol.
3.
Meningkatkan
kecepatan biotransformasi / biodegradasi adalah dengan cara, Seeding, Feeding.
4.
Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi proses bioremediasi, yang meliputi kondisi tanah, temperature,
oksigen, dan nutrient yang tersedia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ciroeksoko,
P. 1996. Pengantar Bioremediasi. Dalam Prosiding Pelatihan dan Lokakarya :
Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. P. Citroeksoko, A. Setiana,
M.A. Subroto dan D. T. Djaja (Edt). Cibinong, 24 – 28 Juni 1996.
Crawford.
1996. Bioremediation Principles and Application. Cambridge University Press.
USA.
Walter,
M. V. 1997. Bioaugmentation. Ch. 82 in Manual of Environmental Microbiology.
Christon J. Hurst (Ed). ASM Press. Washington DC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar